BAGAIMANA CARA MENGATASI WRITER’S BLOCK?
Oleh: Muslimah
Resume ke : 7
Gelombang : 29
Hari/Tanggal : Senin, 10 Juli 2023
Tema : Mengatasi Writer’s Block
Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr
Moderator : Ahmad Fatchudin
Alhamdulilah hari ini sudah mencapai pertemuan yang ke 7, setelah beberapa waktu yang lalu terjeda dengan acara kopdar di Yogyakarta. Ada rindu yang menari-nari dalam kalbu, rasa ingin kembali belajar bersama tim solid Omjay. Membuka chat WA di grup KBMN 29 mendapat semangat dan doa dari Omjay “ yth bapak dan ibu, selamat belajar bersama melalui wa group kelas belajar menulis nusantara atau KBMN PGRI. Semoga kita semua menjadi pandai menulis” Aamiin Ya Robbalalamiin
Moderator memulai menyapa anggota grup dan mengucapkan “Assalamu’alaikum, Selamat malam, Salam sejahtera buat kita semuanya. Bagaimana kabar teman-teman penulis hebat semuanya? masih semangat mengikuti kelas malam ini?Sebelum mulai kami ingatkan untuk mempersiapkan cemilan, minuman, biar teman-teman penulis hebat biar fokus belajar. Mari teman-teman tetap semangat selalu semangat jaga kesehatan”
Sebelum moderator memperkenalkan narasumber malam ini, meminta izin untuk menyapa Omjay atau Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd pendiri KBMN. Selain itu kepada para tim solid yang luar biasa. Semoga tim solid dan omjay selalu diberikan kesehatan. Mahasiswa yang sudah masuk kelas Monggo menyimak dan buka hati. Tidak lupa, semoga teman-teman penulis hebat dari seluruh penjuru tanah air selalu diberikan kesehatan oleh Allah tuhan Yang maha kuasa. Kemudian memberikan Sedikit puisi tentang *aku ingin jadi penulis* sebagai pembuka.
Aku Ingin Jadi Penulis
Oleh: Ahmad Fatch
Aku menulis di balik malam yang sunyi
Mengukir impian dalam kata-kata yang riang
Ku ingin menjadi penulis, menceritakan dunia
Menyampaikan pesan dengan karya
Dalam goresan pena, imajinasiku bermain
Menggelitik hati, memikat pikiran
Ku ingin menjadi penulis, merangkai cerita
Menghidupkan kata-kata, mempesona pembaca
Dalam setiap kalimat, aku temukan kekuatan
Menyentuh jiwa, memicu inspirasi
Ku ingin menjadi penulis, memancarkan cahaya
Melalui tulisan, membawa perubahan nyata
Bekasi, 10 Juli 2023
Harapan moderator, mudah-mudahan puisi ini bisa menggugah teman-teman semuanya, agar lebih semangat. Tema malam ini mengenai WB (writer’s block) Apa itu WB? bagaimana bisa terjadi? Dan apa solusinya?Semuanya akan dibahas oleh Narasumber malam ini. Nara sumber malam ini yaitu Bunda Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr salah satu penulis dari Subang, Jawa Barat.
Sebelum memulai materi narasumber memberikan asesmen diagnostik dengan memberikan pertanyaan, Hal apa yang biasanya membuat ibu bapak tiba-tiba tidak bisa menulis?
Pilihan jawabannya:
1) Memiliki rasa takut /khawatir terkait tulisan (takut gak bagus, takut dikritik,
2) terlalu perfeksionis (merasa bahwa tulisan yang dibuat selalu kurang,
3) Kurang inspirasi,
4) Belum punya tujuan yang jelas,
5) Banyak aktifitas/ sibuk,
6) Mudah lelah (fisik)/sering mengalami stress.
Meski mudah dan banyak orang yang bisa menulis, masalahnya, terkadang para penulis itu terkena WB, alias _writer's block_, suatu kondisi dimana ide menulis seolah menguap, penulis mengalami pelambatan dalam menulis, serta berbagai kondisi lain yang membuat tulisan kita tak kunjung menemukan titik akhirnya alias tak selesai.
Dalam Wikipedia _writer's block_ diartikan sebagai sebuah keadaan ketika penulis merasa kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Kondisi ini (terserang WB) jika dibiarkan, bisa berakibat fatal bagi penulis: tidak lagi produktif menulis. Seperti flu yang bisa menyerang setiap manusia yang hidup di bumi, WB juga bisa menyerang siapa pun.
Penulis senior maupun junior, profesional atau belum, dan di segala bidang menulis (novelis, cerpenis, kolumnis, _script writer_, _ghost writer_, dsb, *semuanya bisa terkena WB!*. akademis maupun nonakademis. Nah masalah lainnya ada di pertanyaan "Sebetulnya berapa lama seseorang bisa terkena WB?". Virus WB ini bisa menyerang dalam hitungan detik, menit, jam, hari, mingguan, bulanan, bahkan bertahun-tahun. Berapa lama kita bisa terserang WB? Jawabannya akan kembali pada diri kita sendiri. *Seberapa cepat kita bergerak untuk menanggulangi virus WB yang menyerang kita?*
Tulisan narasumber tentang Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP)dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berikut adalah salah satu buah perjuangan saya melawan WB. https://www.kompasiana.com/ditta13718/64920d234addee033130b6e2/memahami-kosp-dan-strategi-p5-untuk-tahun-ajaran-baru. Narasumber juga satu dua kali mengalami WB.
Pasti ada solusinya? Bayangkan, tulisan ini baru terbit satu minggu setelah mengikuti workshop KOSP dan P5. Padahal saat ikut workshop, teman narasumber sudah berkata "ditunggu tulisannya". Nah loh! Usai workshop, memang sudah mulai menulis draft. Tapi tidak rampung! Mengapa? Karena KOSP adalah *tema baru* bagi narasumber, alias masih asing. Tapi itu tak boleh jadi alasan, toh? Penulis sejati tak pernah mencari alasan tak bisa menulis.
Menulis tentang KOSP dan P5 tentu beda dengan menulis fiksi atau sastra lain. Jika saat menulis novel atau cerpen kita bisa berimajinasi, dalam menulis KOSP dan P5 tentu saja harus _based on data_. WB mulai menggerogoti nih!
Kalau dalam polling awal, masuknya kategori kurang inspirasi. narasumber gak mau kalah sama virus WB! Terlebih karena punya "hutang" tulisan pada temannya. Maka mulailah membedah kembali catatan selama mengikuti workshop. Dengan ikut terlibat aktif dalam diskusi di salah satu grup WA terkait KOSP. Tak berhenti sampai situ, kembali mempelajari buku-buku panduan terkait KOSP, P5 dan asesmen yang diluncurkan Kemendikbud ristek.
Narasumber bahkan rela duduk selama 4 jam di depan laptop untuk membuat 4 halaman artikel di Kompasiana tersebut (ini waktu yang cukup lama bagi narasumber untuk sebuah artikel). Tujuannya tentu saja, untuk meminimalkan miskonsepsi dalam tulisan, 4 halaman itu pun sebenarnya masih banyak yg dipangkas. Terpaksa. Karena jika tidak, bisa jadi 1 jilid buku. Setelah dibagikan, alhamdulillah ternyata responnya bagus.
Bahkan ada seorang guru yang izin membagikan tulisan narasumber kepada rekan-rekan di sekolah beliau sebagai bahan bacaan awal sebelum dilaksanakan _in house training_ (IHT).
Apa kaitannya kisah saya dengan materi kita malam ini? Jawabannya kembali ke pertanyaan di awal: *Hal apa yang membuat Ibu Bapak tiba-tiba tidak bisa menulis?*Jawaban beragam dari Ibu dan Bapak di polling awal menunjukkan bahwa *penyebab WB* pun bisa berbeda-beda untuk setiap orang.
Jika penyebab sakitnya berbeda , tentu obatnya pun akan berbeda, bukan? Kita tidak akan memberikan obat maag kepada orang yang cedera lutut, kan? Begitu pila daam menangani WB. Nah di kesempatan ini saya ingin mengajak ibu bapak untu berbagi tips mengatasi WB masing-masing dengn menjawab pertanyaan berikut: Ketika merasa kesulitas menghasilkan sebuh ulisan, apa yng biasanya ibu bapak lakukan? Pilihan jawabannya:
1) Healing,
2) Baca buku/artikel yang ringan,
3) mencari referensi tambahan (dari berbagai sumber),
4) Mendengar music,
5) Nonton film,
6) melakukan aktifitas fisik (berkebun, masak, olahraga, dll)
Jawaban yang dipilih sebenarnya obat mengatasi WB yang paling cocok dg Ibu Bapak sekalian. Jika diperhatikan, sebetulnya obat WB itu sederhana. Dengan mengaktifkan kelima panca indera kita Beri jeda sejenak untuk refresh. Mesin saja kalau dipakai terus menerus bisa rusak toh? Oleh karena itu, jika sedang terkena WB, mari jeda sejenak untuk melakukan berbagai aktivitas yg bisa meningkatkan mood kita. Aktivitas membaca, mendengar, melihat, melakukan sebagaiamana dalam polling bisa memberi inspirasi baru untuk kita.
Jika penyebab terkena WB adalah karena merasa takut misalnya, mendengar musik relaksasi mungkin dapat membantu. Terkait rasa takut, satu hal yang perlu kita sadari , ketika kita menulis lalu mempublikasikannya, maka tulisan kita sejatinya sudah milik publik. Publik berhak membaca termasuk mengomentari isi tulisan kita. Dan kita tidak bisa mengontrol itu. Oleh karena itu, tak perlu khawatir atas penilaian orang lain.
Jika penyebab terkena WB terlalu perfeksionis, ingatlah bahwa terlalu perfeksionis itu bisa membunuh kreativitas. Jika penyebab WB nya karena kurang inspirasi, ya tinggal baca, lihat dengar hal hal baru yg bisa menginspirasi kita.
Jika lelah fisik dan mental, maka siapkan sebaik mungkin tempat kita menulis. Dalam sebuah workshop ttg menulis bahkan disebutkan, posisi duduk pun bisa berpengaruh terhadap produktivitas menulis. Hilangkan semua distraksi saat menulis. Misal jika suka liat HP, chat, dsb, saat menulis ya jauhkan dulu. Gunakan juga aromaterapi untuk sedikit merilekskan diri.
Kita bisa belajar konsisten menggunakan alat yang sama dalam menulis (kaitannya dg produktivitas). Jika terbiasa menulis tangan, ya tulis tangan saja dulu. Baru kemudian diketik. Jika terbiasa di HP, ya konsisten saja dulu di hape. Menggunakan alat alat baru terkadang membutuhkan waktu lebih untuk sekedar beradaptasi kembali.
Kita juga bisa mencoba teknik menulis *free writing* atau *menulis ekspresif*
Free writing itu menulis yang mengespingkan terlebih dahulu aturan ketatabahasaan. Mau salah titik koma kek, gak sesuai PUEBI, kek, nulis saja! Seperti saat berlari dikejar singa. Yang penting menulis dulu yah bunda. Sementara menulis ekspresif lebih ke menuangkan apa pun yang ada dalam hati atau pikiran kita. Ini juga sering disarankan para psikiater untuk menangani pasiennya. Saat sedang buntu, coba deh tulis "Duh, kok hari ini buntu banget ya. Mau nulis susah gak punya ide ... dst."
Kemudian bagi ibu Bapak yg sering lelah fisik, ayo pastikan tetap cukup istirahat. Cukup istirahat membuat pikiran kita segar dan tajam saat menulis. Lebih baik bangun lebih pagi daripada begadang. Nah, kiranya begitu Ibu Bapak. Beberapa kiat mengatasi WB
Setelah sesi Tanya jawab berakhir, narasumber memberikan sebuah foto dengan bertuliskan kata motivasi “Teruslah meberi arti pada setiap orang yang kita temui, dalam setiap hal yang kita lalui, dan untuk setiap waktu yang kita miliki”
Terima kasih sudah membuat resumenya
BalasHapus