UNTUKMU, KU RELA MENAHAN RINDU
Oleh : Muslimah
Matahari belum beranjak dari peraduanya. Embun masih setia menepel di dedaunan yang bergoyang lembut ditiup angin pagi yang segar. Kabut pun masih belum enyah dari pandangan mata.
Aku mendengar suara anak-anak "Assalaamualaikum, Bu... " Ucapnya.
Aku singkap tirai jendela yang memang belum sempat aku buka. Aku melihat dua bocah usia sekolah datang ke rumahku.
"Wa'aalaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh." Aku menjawab salamnya agak terlambat.
Dengan senyum yang ramah, tatapan berbinar penuh harap, langsung mereka bertanya. "Bu, sekolahan yah?."
"Belum, ada perpanjangan belajar dari rumah, nak. " Jawab ku singkat sambil memandangnya penuh dengan rindu.
"Yahhhh... Tidak sekolah lagi kita, bu." Mereka serempak menjawabnya dengan nada suara yang menggambarkan kecewa.
Matahari mulai menyapa seisi bumi dengan hangatnya. Biasanya jam seperti ini ramai siswa berlalu lalang di jalan samping rumahku. Siswa yang dengan semangat dan cerainya berangkat ke sekolah. Ada yang berangkat ke pesantren dan ada yang ke SD. Ramai sekali, ada yang naik motor, sepeda, dan berjalan kaki.
Bagi bapak dan ibu guru, hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur lebaran. Bagi siswa hari ini hari perpanjangan belajar dari rumah.
Jarak rumahku ke sekolah dekat, hanya beberapa meter saja, cukup hanya dengan berjalan kaki menuju ke sekolah. Jalanan tidak seramai biasanya . Hanya ada beberapa orang yang ku jumpa. Orang yang mau berbelanja ke toko dan orang yang mau pergi ke kebun untuk bekerja.
Aku pandangi halaman dan lorong-orong sekolah, tampak lengang dan sepi. Sesepi hatiku yang menahan rindu padamu. Rindu suara riuh mereka saat bermain di halaman. Rindu gelak tawanya yang selalu riang terngiang di telinga .
Sampai hari ini, Covid 19 telah merubah pemandangan dan suasana indah di sekolah.
Aku hanya bertemu dengan rekan guru dan kepala sekolah. Bekerja tidak lagi didalam kelas, hanya di kantor bertemani HP, laptop dan kertas-kertas untuk membuat laporan belajar dari rumah, dan administrasi sekolah lainnya, kadang hanya terdengar suara printer. Karena masing-masing sibuk dengan pekerjaannya.
Saat rehat melepas penat kami bercanda ria dan saling bercerita bersama rekan kerja tercinta. Semua harus mengikuti protokoler kesehatan, mengenakan masker dan rajin cuci tangan.
Ku ikhlaskan para siswa belajar dari rumah, kembali ke keluarga masing-masing, mendapat bantuan belajar dari ayah dan bunda tercinta.
Keluarga merupakan tumpuan terakhir dari berbagai masalah yang mendera. Seperti halnya sekarang, ketika kita dilanda pandemi covid 19, maka solusi yang terbaik adalah kembali ke keluarga.
Keluarga merupakan sekolah pertama bagi putra dan putri tercinta. Dari keluargalah mereka belajar berbicara dan mengenal bahasa, belajar menyelesaikan masalah, belajar tentang sifat-sifat yang mulia, seperti belajar tentang kesetiaan, kasih sayang, jujur, amanah dan lain sebagainya.
Dalam literatur keagamaan dikenal ungkapan wanita adalah tiang negara, maka pada hakekatnya tidaklah meleset bila dikatakan bahwa keluarga adalah tiang negara. Dengan keluarga, negara bisa bangkit atau runtuh.
Keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir dan bathin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan keterbelangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada masyarakat tersebut. Begitu menurut ungkapan bapak Dr. Quraish Shihab.
Betapa besar peranan keluarga, ada banyak hal yang keberhasilannya ditentukan oleh keberhasilan keluarga, baik yang sifatnya pribadi maupun kolektif. Salah satunya keberhasilan kehidupan putra dan putrinya di dunia dan akherat. wajarlah jika Allah SWT berpesan:
" Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At-Tahriim : 6 )
Semoga kita termasuk golongan keluarga yang berbahagia di dunia sampai akherat. Aamiin Ya Robbal'aalamiin..
#belajarnulis
Sumber gambar :
https://alihamdan.id/macam-macam-rumput/
Komentar
Posting Komentar